Di Negara Sakah dan Sweta, Kota Mataram, Lombok, sejak 1838
secara turun temurun menggelar tradisi Perang Api. Tradisi yang merupakan
rangkain acara menyambut Hari Raya Nyepi ini melibatkan ribuan warga
setempat dan hanya ada di lingkungan Negara Sakah dan Sweta.
Perang api dilakukan dengan saling serang menggunakan api
yang disulut pada bobok, sebutan untuk daun kelapa kering yang disatukan
berbentuk ikatan sapu. Ribuan penonton selalu antusias menyaksikan prosesi yang
hanya diadakan setahun sekali ini.
Perang Api bukan sekadar bentuk peringatan menyambut Hari
Raya Nyepi Umat Hindu di Lombok, namun lebih dalam mempunyai makna untuk
membersihkan bumi dari segala malapetaka yang terjadi, serta membersihkan diri
dari unsur-unsur jahat yang ada dalam diri setiap manusia sebelum melakukan tapa
brata penyepian. Saling serang dengan api menggambarkan pembakaran hawa nafsu
buruk yang ada dalam diri manusia agar benar-benar suci sebelum memulai acara
Nyepi.